Senin, 28 Desember 2009

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan Jiwa telah menjadi bagian masalah kesehatan masyarakat (public health) yang dihadapi semua negara. Salah satu pemicu terjadinya berbagai masalah dalam kesehatan jiwa adalah dampak modernisasi dimana tidak semua orang siap untuk menghadapi cepatnya perubahan dan kemajuan teknologi baru. Gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung namun akan menyebabkan penderitanya menjadi tidak produktif dan menimbulkan beban bagi keluarga penderita dan lingkungan masyarakat sekitarnya, Dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal (4) disebutkan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Bahwa setiap Data statistik WHO menyebutkan saat 1 % dari seluruh penduduk berada dalam kondisi membutuhkan pertolongan dan pengobatan untuk berbagai bentuk gangguan jiwa. Angka kejadian ( relevalensi ) berbagai bentuk gangguan jiwa mulai dari spekrum ringan sampai berat di Asia Selatan dan timur adalah sebesar lebih kurang 25%. Data WHO menunjukan bahwa rata-rata 5-10% dari populasi masyarakat di suatu wilayah menderita depresi dan memerlukan pengobatan psikiatrik dan intervensi psikososial.
Contoh lain yang cukup fantastis ialah data yang di keluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia ( WHO ) pada tahun 2006. Data itu menyebutkan bahwa di perkirakan 26 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan kejiwaan,dari tingkat ringan hingga berat.
Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia meningkat. Masalah ekonomi menjadi penyebab utama terjadinya gangguan kejiwaan. Bahkan diperkirakan satu dari empat penduduk di Indonesia mengidap gangguan jiwa. Di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Dr Soerojo Magelang, Jawa Tengah, semenjak ada kebijakan jaminan kesehatan untuk warga miskin, jumlah pasien gangguan jiwa meningkat hingga 100%. Jumlah pasien yang berobat pada 2005 sebanyak 330 orang per hari, tetapi pada tahun ini mencapai 748 orang per hari. Contoh lain di RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, terjadi peningkatan jumlah pasien gangguan jiwa sekitar 2%-3% selama tiga tahun terakhir. Saat ini sebanyak 650 pasien dirawat di sana, meningkat 20 orang dari tahun sebelumnya.

TINJAUAN PUSTAKA HP (Halusinasi Pendengarann)

TINJAUAN PUSTAKA

Persepsi di defenisikan sebagai suatu proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh penginderaan atau sensasi : proses penerimaan rangsang.
Halusinasi adalah pengalaman pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara ,bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suar bisikan itu.
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera.
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suatu sederhana sampai sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut.
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia ,hewan ,mesin ,barang, kejadian alamiah dan music dalam keadaan sadar tanpa adanya rangsangan apapun.
b. Etiologi
Menurut( Stuart 2007). faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah :
1) Faktor predisposisi.
a) Biologis
1. Penelitian pencitraan otak sudah menujukkan keterlibatan otak dalam perkembangan yng lebih luas dalam perkembangan schizoprhenia.
2. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamine neurotrasmiter yang berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya schizophrenia.
b) Psikologis
Keluarga , pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien.
c) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti : kemiskinan, konflik sosial budaya(perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disetai stress.
2) Faktor Presipitasi
a) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif mananggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan
b) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
c. Gejala halusinasi
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah :
1) Bicara sendiri.
2) Senyum sendiri.
3) Ketawa sendiri.
4) Menggerakkan bubir tanpa suara.
5) Respon verbal yang lambat.
6) Menarik diri dri orang lain.
7) Berusaha untuk menghindari orang lain.
8) Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
9) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dantekanan darah.
10) Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
11) Sulit berhubungan dengan orang lain.
12) Ekspresi muka tegang.
13) Mudah tersinggung, jengkel, dan tegang.
14) Tampak tremor dan berkeringat.
15) Perilaku panik.
16) Curiga dn bermusuhan
17) Bertindak merusak diri, orng lin dan lingkungan.
18) Ketakutan.
19) Tidak dapat mengurus diri.
20) Biasa terdapat disorientasi waktu.
d. Jenis-jenis halusinasi
Jenis-jenis halusinasi menurut Stuart (2007) terdiri atas :
1. Halusinasi pendengaran : mendengar suara-suara atau bisikan paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk melakukan sesuatu yang kadang-kadang dapat membahayakan.
2. Halusinasi penglihatan : stimulus visual dalam bentuk kelihatan cahaya, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
3. Halusinasi penciuman : membaui bau-bauan tertentu umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan.
4. Halusinasi pengecapan : Merasakan sesuatu yang tidak nyata seperti rasa darah, urine, feses.
5. Halusinasi perabaan : mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
6. Halusinasi Kenestetik : merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan.
7. Halusinasi Kinestetik : merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
e. Tahapan halusinasi.
Tahapan halusinasi terdiri dari 4 fase (Stuart dan Laraia, 2001 hal 424 dikutip oleh PPNI:
1) Fase I : Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asik sendiri.
2) Fase II : pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah, asik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
3) Fase III : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Disini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah.
4) Fase IV : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks, tidak mampu berespon lebih dari 1 orang.
f. Rentang respon halusinasi.
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiologi. Ini merupakan respon persepsi paling maladaptif . jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera, klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada.
Gambar 1. Rentang Respon Neurobiologi (Stuart 2007)


Respon Adaptif Respon Maladaptif
• Pikiran logis
• Persepsi akurat
• Emosi konsisten dengan pengalaman
• Perilaku sesuai
• Berhubungan sosial • Pikiran kadang menyimpang.
• Ilusi
• Reaksi emosi berlebihan atau kurang
• Perilaku aneh/ tidak biasa
• Menarik diri • Gangguan pikiran atau waham
• Halusinasi
• Kesulitan untuk merespon emosi
• Ketidakteraturan perilaku
• Isolasi sosial
g. Pohon Masalah
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan kontrol dirinya sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai pada fase empat, dimana klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Masalah yang menyebabkan halusinasi itu adalah harga diri rendah dan isolasi sosial, akibat rendah diri dan kurangnya berhubungan sosial maka klien menjadi menarik diri dari lingkungan.4
Dari masalah-masalah tersebut, maka dapat disusun pohon masalah sebagai berikut :
POHON MASALAH
…………….

…… ………….

………….

……………
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Menurut Carpenito dikutip oleh (Budi Anna Keliat 2006) pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Asuhan keperawatan juga menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian menentukan masalah / diagnosa, menyusun rencana tindakan keperawatan, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Berbagai aspek pengkajian sesuai dengan pedoman pengkajian umum, pada formulir pengkajian proses keperawatan. Pengkajian meliputi beberapa faktor antara lain :
1. Faktor predisposisi
Meliputi faktor perkembangan, sosio kultural, psikologi, genetik dan biokimia. Jika tugas perkembangan terhambat dan hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stres dan kecemasan. Berbagai faktor di masyarakat dapat membuat seseorang merasa terisolasi dan kesepian yang mengakibatkan kurangnya rangsangan dari eksternal. Stres yang berlebihan dapat mengganggu keseimbangan sistem neurotransmiter. Hubungan interpersonal tidak harmonis. Peran ganda bertentangan sering mengakibatkan kecemasan dan stress.
2. Faktor presipitasi
Berbagai stressor dapat mengakibatkan timbulnya halusinasi, hubungan interpersonal masalah psikososial dapat meningkatkan kecemasan dan stres sebagai pencetus terjadinya halusinasi.
3. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara inkoheren, bicara sendiri, tidak membedakan yang nyata dengan yang tidak nyata.
4. Mekanisme koping
Regresi : menjadi malas beraktifitas sehari-hari
Proyeksi : mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asik dengan stimulus internal.
Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian teknik mengenai respon individu, keluarga, komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual maupun potensial (NANDA dikutip oleh Bambang Triwahono) :
Komponen pernyataan keperawatan :
a. Problem (masalah) : nama atau label diagnosa
b. Etiologi (penyebab) : alasan yang dicurigai dari respon yang telah diidentifikasi dari pengkajian.
c. Sign dan Sympton (tanda dan gejala) : manifesitasi yang diidentifikasi dalam pengkajian yang menyokong diagnosa keperawatan.
Ada beberapa diagnosa keperawatan yang sering ditemukan pada klien dengan halusinasi menurut Budi Anna Keliat (2006) antara lain :
1. Resiko perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi pendengaran
2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan menarik diri.
3. Kerusakan interaksi sosial ; menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
4. Gangguan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan defisi perawatan diri : mandi dan berhias.
3. Perencanaan
Rencana tindakan keperawatan terdiri dari 3 (tiga) aspek yaitu : Tujuan (umum, khusus) dan intervensi keperawatan.
a. Tujuan umum : tidak terjadi perilaku kekerasan yang diarahkan kepada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
b. Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengenal halusinasinya.
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya.
4. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik untuk mengontrol halusinasinya.
5. Klien mendapat sistem pendukung keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
c. Intervensi keperawatan :
Diagnosa 1 : Resiko perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi pendengaran.
TUK 1 :
Klien dapat membina hubungan saling percaya
1.1 Ekspresi wajah bersahabat, klien nampak tenang, mau berjabat tangan, membalas salam, mau duduk dekat perawat
Intervensi :
1.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan/ komunikasi terapeutik.
a. Sapa klien dengan ramah, baik secara verbal maupun non verbal.
b. Perkenalkan nama perawat
c. Tanyakan nama lengkap klien dan panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Bersikap empati & menerima apa adanya
Rasional :
Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan klien
1.1.2 Dorong klien mengungkapkan perasaannya
Rasional :
Mengetahui masalah yang dialami oleh klien
1.1.3 Dengarkan klien dengan penuh perhatian dan empati
Rasional :
Agar klien merasa diperhatikan
TUK 2 :
Klien dapat mengenal halusinasinya
Intervensi :
2.1 Klien dapat membedakan antara nyata dan tidak nyata
2.1.1 Adakan kontak sering dan singkat
Rasional :
Menghindari waktu kosong yang dapat menyebabkan timbulnya halusinasi
2.1.2 Observasi perilaku klien verbal dan non verbal yang berhubungan dengan halusinasi
Rasional :
Halusinasi harus kenal terlebih dahulu agar intervensi efektif
2.1.3 Terima halusinasi klien sebagai hal yang nyata bagi klien, tapi tidak nyata bagi perawat
Rasional :
Meningkatkan realita klien dan rasa percaya klien
2.2 Klien dapat menyebutkan situasi yg dapat menimbulkan dan tidak menimbulkan halusinasi
2.2.1 Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan situasi
Rasional :
Peran serta aktif klien membantu dalam melakukan intervensi keperawatan
2.2.2 Diskusikan dengan klien faktor predisposisi terjadinya halusinasi
Rasional :
Dengan diketahuinya faktor predisposisi membantu dalam mengontrol halusinasi
TUK 3 :
Klien dapat mengontrol halusinasi
Intervensi :
3.1 Klien dapat menyebutkan tindakan yang dilakukan bila halusinasinya timbul
3.1.1 Diskusikan dengan klien tentang tindakan yang dilakukan bila halusinasinya timbul.
Rasional :
Mengetahui tindakan yang dilakukan dalam mengontrol halusinasinya
3.2 Klien dapat menyebutkan cara memutuskan halusinasi :
1). Melawan suara itu dengan mengatakan tidak mau mendengar
2). Lakukan kegiatan : menyapu/mengepel.
3). Minum obat secara teratur
4). Lapor pada perawat pada saat timbul halusinasi

3.2.1 Diskusikan dengan klien tentang cara memutuskan halusinasinya.
Rasional :
Meningkatkan pengetahuan klien tentang cara memutuskan halusinasi
3.2.2 Dorong klien menyebutkan kembali cara memutuskan halusinasi
Rasional :
hasil diskusi sebagai bukti dari perhatian klien atas apa yg dijelaskan
3.2.3 Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien menyebutkan kembali cara memutuskan halusinasinya
Rasional : Meningkatkan harga diri klien.
TUK 4 :
Klien dapat memanfaatkan obat dalam mengontrol halusinanya.
Intervensi :
4.1 Klien mau minum obat dengan teratur
4.1.1 Diskusikan dengan klien tentang obat untuk mengontrol halusinasinya
Rasional :
Meningkatkan pengetahuan klien tentang fungsi obat yang diminum agar klien mau minum obat secara teratur
TUK 5 :
Klien mendapat sistem pendukung keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Intervensi :
5.1 Klien mendapat sistem pendukung keluarga
5.1.1 Kaji kemampuan keluarga tentang tindakan yg dilakukan dalam merawat klien bila halusinasinya timbul.
Rasional :
Mengetahui tindakan yang dilakukan oleh keluarga dalam merawat klien
5.1.2 Diskusikan juga dengan keluarga tentang cara merawat klien :
– Jangan biarkan klien menyendiri.
– Selalu berinteraksi dengan klien.
– Anjurkan kepada klien untuk rajin minum obat
– Setelah pulang kontrol 1 x dalam sebulan
Rasional :
Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien
Diagnosa 2 : Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri.
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
TUK 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
Rasional : Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi yang terapeutik antara perawat dan klien.
TUK 2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Intervensi :
2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri.
Rasional : Mengetahui sejauhmana pengetahuan klien tentang menarik diri sehingga perawat dapat merencanakan tindakan selanjutnya.
2.2 Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik dirinya.
Rasional : Mengetahui alasan menarik diri.
2.3 Diskusikan dengan klien tentang perilaku menarik dirinya.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien dan mencari pemecahan bersama tentang masalah klien.
2.4 Beri pujian positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
Rasional : Meningkatkan harga diri klien sehingga berani bergaul dengan lingkungannya.
TUK 3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Intervensi :
3.1 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang berhubungan dengan orang lain.
3.2 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Rasional : Mengidentifikasi perasaan klien tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3.3 Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya berhubungan dengan orang lain.
3.4 Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Rasional : Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri Klien.
3.5 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien untuk merencanakan tindakan selanjutnya.
3.6 Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Rasional : Meningkatkan harga diri klien sehingga berani bergaul dengan orang lain
TUK 4. Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap.
4.1 Kaji kemampuan Klien dalam membina hubungan dengan orang lain.
Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan Klien.
4.2 Dorong dan bantu Klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
K – P
K – P – K.Lain
K – P – Kel.
K – P – Klp/Masy.
Rasional : Klien mungkin dapat mengalami perasaan tidak nyaman, malu dalam berhubungan sehingga perlu dilatih secara bertahap dalam berhubungan dengan orang lain.
4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
Rasional : Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri Klien
4.4 Bantu Klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
Rasional : Klien dapat merasakan manfaat berhubungan dengan orang lain.
4.5 Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu.
Rasional : Membantu Klien dalam menjalin hubungan yang kooperatif.
4.6 Motivasi Klien mengikuti kegiatan ruangan.
Rasional : Membantu Klien dalam mempertahankan hubungan interpersonal.
4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan dalam ruangan.
Rasional : Meningkatkan harga diri Klien.
TUK 5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.
Intervensi :
5.1 Dorong Klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.
Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana hubungan interpersonal Klien dengan orang lain.
5.2 Diskusikan dengan Klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
Rasional : Mengidentifikasi hambatan yang dirasakan oleh Klien.
5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan Klien meningkatkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
Rasional : Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri Klien.
TUK 6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung oleh keluarga.
Intervensi :
6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
a. Salam, perkenalkan diri
b. Jelaskan tujuan pertemuan
c. Buat kontrak
d. Explorasi perasaan keluarga
Rasional : Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi terapeutik antara Perawat-Keluarga.
6.2 Diskusikan dengan keluarga tentang :
a. Prilaku menarik diri
b. Penyebab prilaku menarik diri
c. Akibat yang akan terjadi jika prilaku menarik diri tidak ditanggapi.
d. Cara keluarga menghadapi klien menarik diri.
Rasional : Klien menarik diri membutuhkan perhatian khusus.
6.3 Dorong anggota keluarga memberi dukungan kepada Klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Rasional : Keterbatasan keluarga sangat membantu klien dalam mengembangkan interaksi dengan lingkungan.
6.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal 1x seminggu.
Rasional : Meningkatkan rasa percaya klien pada keluarga sehingga Klien merasa diperhatikan.
6.5 Beri reninforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga.
Rasional : Membangkitkan rasa percaya diri klien dan kebanggaan keluarga atas usaha yang telah dilakukan.

Diagnosa 3 : Kerusakan interaksi sosial ; menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
TUK 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
Rasional : Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi yang terapeutik antara perawat dan klien.
TUK 2. Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Intervensi :
2.1 Diskusikan dengan klien tentang ideal dirinya : apa harapan klien bila pulang nanti dan apa yg menjadi cita-citanya.
Rasional : untuk mengetahui sampai dimana realitas dari harapan klien.
2.2 Bantu klien mengembangkan antara keinginan dengan kemampuan yang dimilikinya.
Rasional : Membantu membentuk harapan yang relitas
TUK 3. Klien dapat menyebutkan keberhailn yang pernah dialami.
Intervensi :
3.1 Diskusikan bersama klien tentang keberhasilan yang pernah dialami.
Rasional : mengingatkan klien bahwa tidak selamanya dia gagal.
3.2 Diskusikan dengan klien kegagalan yang pernah terjadi pada dirinya.
Rasional : mengetahui sejauh mana kegagalan yang dialami oleh klien.
3.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien menyebutkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialaminya
Rasional : meningkatkan harga diri klien.
TUK 4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Intervensi ;
4.1 Bantu klien merumuskan tujuan yang ingin di capai sesuai dengan kemampuan klien.
Rasional : agar klien tetap realistis dengan kemampuan yang dimiliki.
4.2 Motivasi klien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilih.
Rasional : menghargai keputusan yang dipilih oleh klien.
4.3 Berikan pujian atas keberhasilan yang telah dilakukan.
Rasional : meningkatkan harga diri klien.

TUK 5. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Intervensi :
5.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan Harga Diri Rendah
Rasional : Mendukung klien dalam melakukan aktivitas
5.2 Bantu keluarga memberi dukungan pada klien selama klien dirawat, bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
Rasional : Untuk aspek motivasi dan mempertahankan aspek positif dan keluarga mempunyai arti penting bagi klien.
d. Implementasi
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah utama yang aktual dan mengancam integritas klien dan lingkungannya.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan kepada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan SOAP mencakup :
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan.
O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A :Analisa ulang atas data subjektif dan Objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada.
P :Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon.
Hasil yang diharapkan pada asuhan keperawatan klien dengan halusinasi adalah :
1. Klien mampu memutuskan halusinasi dengan berbagai cara yang telah diajarkan.
2. Klien mampu mengetahui tentang halusinasinya.
3. Meminta bantuan / partisipasi keluarga.
4. Mampu berhubungan dengan orang lain.
5. Menggunakan obat dengan benar.

Pada Keluarga :
a. Keluarga mampu mengidentifikasi gejala halusinasi.
b. Mampu merawat klien di rumah tentang cara mengatasi halusinasi dan mendukung kegiatan-kegiatan klien.